Kamis, 26 September 2013

Ukhuwah tak perlu diperjuankan

Apakah ukhuwah tak perlu diperjuangkan ?

GE XI JUE JIAO !!

Pribahasa Cina ini berarti “potong tikarnya jadi 2 bagian”!! Maknanya kurang lebih adalah, jika sebuah persahabatan tak lagi ada kesesuaian prinsip, maka putuskan saja. Bagaimana asal muasalnya? Lei Wei Ye menceritakan dalam The powerful wisdom from ancient stories
Pada zaman Dinasti Han Timur, demikianlah Lei berkisah, ada 2 pemuda terpelajar yang bernama Huan Xin dan Guan Ning. Mereka bersahabat akrab dan dekat.  Mereka sering membaca buku bersama, belajar bersama, membincangkan berbagai masalah negeri, bertukar fikiran berdua, dan kompak melakukan berbagai kegiatan yang lain.

Suatu hari setelah belajar bersama, Guan Ning dan Huan Xin pergi ke lapangan rumput. Sambil mencabuti rumput mereka berbincang dan bercanda dgn riang gembira. Kadang mereka berlarian dari sudut lapangan yg satu ke arah gerumbul yg lain. Satu saat terdengar suara berdenting keras. “Thuing!”

Ternyata  Guan Ning terjatuh. Kepalanya membentur tanah dan pengait gelungnya yg terbuat dari batu kumala mengenai suatu benda keras. Tetapi Guan Ning segera bangkit seolah tak terjadi apa2 Huan Xin penasaran. Dia ingin tahu apa yg menyebabkan bunyi berdenting begitu keras tadi. Dicukirinya tanah temat Guan Ning terjatuh dan Astaga..! Segelendung emas. Besar Sekali !

Ternyata pengait gelung  kumala Guan Ning tadi membentur bongkahan emas. “Bagaimana ini?” seru Hua Xin. Tai Guan Ning seolah tak mendengar pernyataan Hua Xin. Dia meneruskan mencabuti rumput.

“Wah,” pikir Hua Xin  “Guan Ning tak peduli dgn emas ini. Seharusnya aku juga tak peduli dan meneruskan mencabut rumput bersamanya.” Maka Hua Xin pun mengikuti Guan Ning meneruskan mencabut rumput. Tapi hatinya gelisah. Dia tak bisa membiarkan emas itu tergeletak tak berguna di rerumputan. Dia berfikir, andai emas itu dibawa pulang, tentu dia bisa membantu ekonomi keluarganya. Tapi mengambilnya dari sini sementara dia bukan pemiliknya, bukankah itu saama dengan mencuri?

Hua Xin  bimbang, dia tak kosentrasi. Berapa kali Guan Ning mengajaknya berbincang, tapi tak bersambung, “Hei!” seru Guan Ning “ ada apa dgnmu kawan?”

Hua Xin  terkejut. Dgn terbata-bata dia menjawab. “Emas… Emas? Bagaimana dgn emas itu?” Bagaimana dgn emas itu?” katanya

“Emas apa?” Guan Ning seakan tak peduli dan tak mau tahu. Dia terus mencabuti rumput. Mendengar itu Hua Xin  menjadi malu. Dia merasa sudah selayaknya bersikap sebagaimana sahabatnya.Maka dihampirinya bongkahan emas itu lalu dilemparnya jauh2 sambil berteriak, “aku tak ingin memikirkanmu lagi”!

Berapa hari kemudian, mereka berdua duduk diatas sehelai tikar sambil membaca. Di tengah keasyikan, terdengar suara gemuruh dan hiruk-pikuk. Hua Xin  terhenyak “Tidakkah kau dengar itu Guan Ning?” ujarnya. Guan Ning seakan tak mendengarkan. Dia terus membaca, sesekali diejanya kata2 dlm buku dgn agak keras. Hua Xin  terombang-ambing antara membacai kata2 dlm buku, memdengar kesemarakan yg makin ramai , dan melirik-lirik utk menebak adakah Guan Ning juga terdengar pada bebunyian dari jalanan itu

Tetapi akhirnya Hua Xin  tak kuat menahan penasaran. Dia tinggalkan bukunya dan berlari  kea rah asal suara. Tak lama kemudian dia sudah kembali dgn berlari sambil beseru2 hirang pada Guan Ning .” Guan Ning, Guan Ning! Di jalan raya ada pawai keajaan! Bagus sekali, megah, dan mewah! Para pangeran dan prajuritnya begitu gagah! Putri & dayang2nya cantik sekali! Ayo kita segera ke sana. Ini sungguh pawai yg langka!”

Guan Ning memerhatikan sahabatnya itu sambil tersenyum. Dan ternyata Hua Xin tak menunggu lama2. Dia segera berlari kembali kea rah jalan utama. Guan Ning menatapnya dgn masygul sambil mengeleng-gelengkan kepalanya.

Ringkasnya, setelah puas menonton pawai kerajaan, Hua Xin kembali lagi kepada sahabatnya yg dilihatnya masih terus membaca diatas tikar mereka. Tapi kini tikar itu telah terpotong menjadi 2 bagian. “Hei” seru Hua Xin, “siapa yg telah memotong tikar kita  ini?”
“aku yg memotongnya,” jawab Guan Ning. Ditatapnya Hua Xin dengan prihatin.
“ada apa memangnya?” Tanya Hua Xin. “Bukankah selama ini kita selalu menggunakannya utk belajar, bertukar fikiran, dan melakukan segala bersama?”

“Engkau benar,” jwb Guan Ning. Dia bangkit lalu berdiri membelakangi Hua Xin. “Selama ini aku menyangka kita ber2 memiliki cita2 dan impian yg sama. Sejauh ini aku mengira kita memunyai gambaran serupa tentang apa itu keluhuran budi dan kemuliaan jiwa. Selama ini aku menduga kita menyepakati jalan yg satu untuk mencapainya. Tapi ternyata aku salah!”

“Apa maksudmu, Guan Ning?”
“Kita berbeda, Hua Xin. Sementara aku bergumul dengan buku2 & ilmu, kau lebih tertarik pada kilau emas dan gemuruh kenikmatn duniawi. Mulai saat ini kita harus berpisah. Biarlah masing2 kita menempuh jalan sendiri. Seperti kata org bijak “ketika hujan turun, ayam berteduh di bawah pohon, sementara bebek menceburkan diri ke dasar kolam. Biarlah masing2 menemukan kebahagiannya sendiri!””

“Jadi..jadi?” Hua Xin sangat malu dan terpukul. Dia berlari meninggalkan sahabatnya itu sambil menagis. Guan Ning juga menitikkan air mata melihat kepergian sang kawan. Sejak saat itu, jika suatu persahabatan tak lagi bisa dilanjutkan karena berbeda prinsip, org Cina mengatakan, “ Ge xi jue jiao! potong tikarnya jadi 2 bagian !!”


Sungguh tiap mukmin bersaudara ( Q.S Al-Hujarat : 10 )
Aku tahu Ukhuwah tak perlu dierjuangkan 
Tak perlu karna ia hanyalah akibat dari Iman
Ya Ukhuwah dikarnakan akibat iman
Setelah kita membaca kisah tersebut apa yang kita rasakan ?? memang pada dasarnya setiap hubungan itu memiliki suka- duka, perbedaan, pertengkaran tapi itulah yang mebuat manis tetapi apakah kita ingin seperti Guan Ning & Hua Xin. Selama ini mereka menyangka mereka ber2 memiliki cita2 dan impian yg sama. Sejauh ini mereka mengira kita memunyai gambaran serupa tentang apa itu keluhuran budi, kemuliaan jiwa dan tujuan hidup. Selama ini mereka menduga mereka menyepakati jalan yg satu untuk mencapainya. Dan ternyata Mereka berbeda prinsip yg pada akhirnya mereka berpisah untuk selama-lamanya Tapi apakah kita ingin seperti itu ? Sungguh memang pada realita nya kita selalu di persulitkan dengan perbedaan, tak samanya prinsip, perdebatan, dan kadang saling membenci.. lalu apakah makna sebuah Kesetiaan ?? Apa makna sebuah cinta dalam persahabatan, apa makna sebuah teman seperjuangan ? jika diantara kita ketika mengalami perbedaan prinsip, perbedaan padangan saja langsung saling membenci ?? langsung saling membela diri, langsung membusungkan kegoan masing2, lebih penting memenangkan debat, membela diri daripada menjaga, agar hati seorang kawan tak tersakiti. dan tanpa memikirkan bagaimana Ketika mengalami perbedaan tetapi tetap satu ?????
Memang tiap mukmin bersaudara. Aku tahu Ukhuwah tak perlu diperjuangkan .Tak perlu karna ia hanyalah akibat dari Iman. Karena Ukhuwah berasaskan Cinta Suci sesama Karena Iman yg kuat Iman karena Allah yaa.. Iman yg kuat karena Allah bukan Iman yang compang-camping 

“Dan Allah yg mempersatukan hati para hamba beriman. Jikapun kau nafkahkan perbendaharaan bumi seluruhnya untuk mengikat hati mereka, takkan bisa kau himpunkan  hati mereka. Tetapi Allah yang telah menyatupadukan mereka” ( Q.S Al-Anfal : 63 )


Pemimpin yang Berani

Inilah Pemimpin yang Berani berantas Korupsi 

UMAR bin Abdul Aziz adalah sosok pemimpin dambaan umat. Sifatnya yang adil, jujur, sederhana, dan bijaksana, merupakan khas kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Tak salah bila sejarah Islam menempatkannya sebagai ”khalifah kelima” yang bergelar “Amirul Mukminin”, setelah Khulafa ar Rasyidin.
Jika dirunut, Umar bin Abdul Aziz masih mempunyai garis keturunan Umat bin khatab. Khalifah ar Rasyidin yang kedua setelah khalifah Abu Bakar as Sidiq. Dari sini, Rasulullah  pernah bersabda agar dimasukan dua nama Umar sebagai penegak kejayaan Islam, yakni Umar Bin al Khatab dan yang satunya Umar bin Abdul Aziz.

Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi Khalifah pada masa dinasti Bani Umayyah di akhir abad pertama Hijriyah. Pada saat itu, dinasti ini sedang mengalami konflik internal para pejabatnya. Gaya kehidupan yang serba mewah, bermegah-megahan, korup, borju, dan hedon. Umar sendiri merupakan bagian dari simbol gaya hidup dinasti Bani Umayyah. Sepeninggal wafatnya Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik, putra Khalifah Abdul Malik bin Marwah yang juga telah wafat, pihak keluarga kerajaan meminta agar ia menggantikan posisi sebagai Khalifah.

Kekuasaan di Mata Umar
Tak seperti penguasa kebanyakan yang begitu ambisi mengincar kursi kekuasaan, Umar justru menangis ketika tahta itu dianugerahkan kepadanya. Baginya, jabatan bukanlah alat untuk meraup kekayaan, melainkan amanah dan beban yang harus ditunaikan secara benar. Ia sadar bahwa kekuasaan mengandung konsekuensi yang sangat berat, terutama menyangkut bagaimana ia harus mempertanggungjawabkan sendi-sendi keadilan dalam pemerintahannya di akhirat kelak.
Ketika  Umar diangkat menjadi khalifah dia mengatakan, “Wahai manusia sekalian, barang siapa yang taat kepada Allah sungguh ketaatannya sudah bagus, dan barang siapa yang bermaksiat kepada Allah maka janganlah mentaatinya. Ikutilah saya selagi saya taat kepada Allah. Apabila saya bermaksiat kepada Allah, maka janganlah kalian mentaatiku!”

Dikisahkan pula, semasa Umar menjabat sebagai Khalifah, walaupun hanya 2,5 tahun, rakyat menjadi makmur dan negara menjadi benar-benar surplus. Tak satu pun makhluk di negerinya menderita kelaparan. Tak ada pengemis di sudut-sudut kota, tak ada penerima zakat karena setiap orang mampu membayar zakat. Penjara tak ada penghuninya, kosong. Bahkan serigala pun enggan mencuri ternak penduduk kota, karena begitu menghormati keadilan Umar.
Inilah adalah langkah-langkah pembaharuan Umar bin Abdul Aziz yang diterapkan di dalam sistem pemerintahannya:

Pertama, ia memulai dari diri sendiri, keluarga, dan istana.
Umar rela beserta seluruh keluarganya hidup sederhana dan menyerahkan harta kekayaannya ke Baitulmal (kas negara) begitu selesai ia dilantik, termasuk pakaiannya yang mewah seharga 800 dirham, yang menjadi simbol kemewahan hidup sebelumnya. Berbagai fasilitas negara ditolaknya. Ia memilih tinggal di rumahnya dan menolak hidup di istana. Kehidupannya berubah drastis, dari seorang cinta kemapanan dunia, menjadi orang yang zuhud terhadap dunia.

Selanjutnya, Umar kepada istrinya, Fatimah binti Abdul Malik, memberikan pilihan, “Kembalikan seluruh perhiasan dan harta pribadimu ke kas Negara, atau kita cerai”.
“Demi Allah,” kata Fatimah, “Aku tidak memilih pendamping lebih mulia daripadamu, ya Amirul Mukminin. Inilah emas permata dan seluruh perhiasanku.” Kemudian Khalifah Umar bin Abdul Aziz menerima semua perhiasan itu dan menyerahkannya ke Baitulmal. Sementara Umar bin Abdul Aziz dan keluarganya makan makanan rakyat biasa, yaitu roti dan garam sedikit.

Ketika anak-anaknya menanyakan, mengapa kita tidak lagi menikmati kemewahan sebagaimana kita menikmatinya sebelumnya? Umar justru menangis dan berkata kepada anak-anaknya, “Saya beri kalian makanan yang lezat dan enak tapi kalian rela memasukkan saya ke neraka, atau kalian bersabar dengan makanan sederhana ini dan kita masuk surga bersama?”

Setelah berhasil mengajak keluarganya, Umar melangkah ke luar istana. Ia memerintahkan menjual seluruh barang mewah yang ada di istana dan mencabut seluruh fasilitas kemewahan yang ada pada keluarga istana, serta mengembalikannya ke kas Negara. Sebagian mereka protes terhadap kebijakan tersebut. Hingga suatu saat mereka memberanikan diri untuk mengutus bibinya agar dapat bersikap lembut mencabut kebijakannya.
Umar yang tahu maksud kedatangan bibinya, ia mengambil uang logam lalu dipanaskan dalam bara api. Setelahnya, ia meletakan sekerat daging di atas uang logam yang telah memerah. Umar lalu berkata kepada bibinya“Apakah bibi rela menyaksikan saya dibakar di neraka seperti daging ini hanya untuk memenuhi kesenangan kalian? Berhentilah merayu saya, sebab saya tidak akan pernah mundur dari jalan pembaharuan ini.”Adakah pemerintah dan penguasa seperti ini di zaman sekarang?
Dari sini Umar menunjukan pentingnya bagaimana jujur dalam mengembang amanah kekuasaan. Ia tak melampiaskan nafsu kekuasaannya hanya untuk kesenangan sesaat, mencuri atau melakukan tindak pidana korupsi layaknya kasus-kasus yang sedang disorot masyarakat atas pejabat-pejabat kita hari ini.
Pengelolaan Uang Negara

Umar menunjukkan pada kita, bagaimana harus pemberdayaan zakat atau sedekah yang disimpan di Baitulmal dan dikelola Negara. Ia mulai dari diri sendiri, keluarga, dan pejabat istananya, sekaligus memperlihatkatkan upaya sungguh pembersihan diri dari gaya hidup yang mewah dan korup.

Langkah kedua, kampaye penghematan.
Umar melakukan pembaharuan penghematan total dalam penyelenggaraan negara. Sumber pemborosan dalam penyelenggaraan negara, biasanya terdapat pada struktur negara yang gemuk, birokasi yang rumit, dan administrasi semrawut. Umar selalu mengkampanyekan penghematan, terutama gaya hidup para pejabat negaranya. Selanjutnya beliau merampingkan struktur negara dari pejabat yang korup, memangkas birokasi yang rumit, dan menyederhanakan sistem administrasi. Dengan cara tersebut, Umar telah menghemat uang belanja negara menjadi lebih surplus. Pada saat yang sama Umar juga mensosialisasikan semangat berbisnis dan berwirausaha kepada masyarakat.

Langkah ketiga penataan ulang distribusi zakat.
Dalam konsep ini, penetapan delapan objek mustahik zakat adalah bentuk subsidi langsung yang diberikan kepada rakyat.

Zakat dinilai akan mampu berdampak terhadap pemberdayaan masyarakat yang berdaya beli rendah. Sehingga dengan meningkatnya daya beli masyarakat, secara langsung zakat merangsang tumbuhnya permintaan dari masyarakat. Dengan meningkatnya konsumsi masyarakat, maka produksi juga akan naik. Jadi pendistribusian zakat yang tepat selain mengurangi kemiskinan juga faktor penentu pertumbuhan di tingkat makro.

Demikian kondisi saat itu jumlah pembayar zakat terus meningkat, sementara jumlah penerima zakat terus berkurang. Sehingga wajar jika amil zakat pada waktu itu tidak menemukan orang yang mau menerima zakat.
Ibnu Abdil Hakam meriwayatkan, Yahya bin Said, seorang petugas zakat masa itu berkata, ‘’Saya pernah diutus Umar bin Abdul Aziz untuk memungut zakat ke Afrika. Setelah memungutnya, saya bermaksud memberikan kepada orang-orang miskin. Namun saya tidak menjumpai orang miskin seorangpun.”

Karena begitu makmurnya rakyat waktu itu, negara pun mengalihkan distribusi zakat ini ke pembayaran orang yang dililit utang-utang pribadi. Lagi-lagi kas Negara masih lebih dari cukup dan memerintahnya lagi untuk memberikan biaya-biaya bagi rakyat yang ingin menikah, yang sebenarnya bukan tanggungan dari pemerintah.

Selain itu, kebijakan Umar lainnya membangun dan memperbaiki berbagai layanan publik untuk masyarakat. Sektor pertanian terus dikembangkan melalui perbaikan lahan dan saluran irigasi. Masyarakat yang sakit disediakan pengobatan gratis. Sarana ibadah seperti masjid diperbanyak dan diperindah. Untuk memuliakan tamu dan para musafir, dibangunlah bebeberapa buah penginapan. Ia juga memperbaiki pelayanan di dinas pos, sehingga aktivitas korespondesi berlangsung lancar.

Begitu kondusifnya kondisi saat itu, kelompok Khawarij dan Syiah yang di era sebelumnya kerap memberontak, berubah menjadi lunak. Di wilayah-wilayah yang ditaklukkan Khalifah Umar juga mengubah kebijakan. Ia mengganti peperangan dengan gerakan dakwah Islam. Pendekatan ini mengundang simpati dari pemeluk agama lain. Secara sadar dan ikhlas banyak raja yang berbondong-bondong memilih Islam sebagai agama terbaik.

Bisakah, kita temukan hari ini, sosok pemimpin pemimpin seperti Umar bin Abdul Aziz yang mengedepankannya tanggung jawab secara penuh. Yang tidak pernah tidur siang karena takut melalaikan hak-hak dari rakyatnya? Mudah-mudahan Allah menghadirkan kepada kita pemimpin sekualitas Umar bin Abdul Aziz. Amin!

sumber [Nurhadi]

Subhanallah akan kah nantinya periode pergantian kepemimpinan Indonesia selajutnya digantikan oleh sosok se teladan Umar bin Abdul Aziz ?? masih adakah generasi ibu yang melahirkan seorang pemimpin yg berani masih adakah sosok pemimpin yang Adil, bertanggungjawab, Jujur, amanah serta sayang pada rakyatnya..? semoga Allah swt menghadirkannya..

Selasa, 24 September 2013

41 Derajat Wanita Shalehah




1. Doa wanita lebih makbul daripada lelaki karena sifat penyayang yang lebih kuat daripada lelaki. Ketika ditanya kepada Rasulullah akan hal tersebut, jawab baginda: “Ibu lebih penyayang daripada Bapak dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia”.

2. Semua orang akan dipanggil untuk melihat wajah Allah di akhirat, tetapi Allah akan datang sendiri kepada wanita yang memberati auratnya yaitu memakai purdah di dunia ini dengan istiqamah.

3. Wanita yang solehah (baik) itu lebih baik daripada 70 orang lelaki yang soleh.

4. Seorang wanita solehah adalah lebih baik daripada 70 orang wali.

5. Seorang wanita jahat adalah lebih buruk dari daripada 1.000 lelaki jahat.

6. Wanita yang menguli tepung dan gandum dengan Bismillah, Allah akan berkahkan rezekinya.

7. Wanita yang menyapu lantai dengan berzikir akan mendapat pahala seperti menyapu lantai di Baitullah.

8. Wanita yang memerah susu binatang dengan Bismillah akan didoakan oleh binatang itu dengan doa keberkahan.

9. Barang siapa yang menggembirakan anak perempuannya, derajatnya seumpama orang yang senantiasa menangis karena takut akan Allah dan orang yang takut akan Allah diharamkan api neraka atas tubuhnya.

10. Barang siapa yang membawa hadiah (barang makanan dari pasar ke rumah) lalu diberikan kepada keluarganya, maka pahalanya seperti bersedekah. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak lelaki. Maka barang siapa menyukai anak perempuan seolah-olah dia memerdekakan anak Nabi Ismail.

11. Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan, lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta bertanggung jawab, maka baginya adalah Surga.

12. Daripada Aisyah “Barang siapa yang diuji dengan sesuatu daripada anak-anak perempuannya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang daripada api Neraka.

13. Surga itu dibawah telapak kaki ibu.

14. Apabila memanggil engkau dua orang Ibu Bapakmu, maka jawablah panggilan Ibumu dahulu.

15. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya, akan tertutup pintu Neraka dan terbuka pintu-pintu Surga. Masuklah dari mana-mana pintu yang dia kehendaki tanpa dihisab.

16. Wanita yang taat akan suaminya, semua ikan-ikan di laut, burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan, semuanya beristighfar baginya selama mana dia taat kepada suaminya dan direkannya (serta menjaga shalat dan puasa).

17. Perempuan apabila Shalat 5 waktu, puasa Ramadhan, memelihara kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia dari pintu Surga mana saja yang dia kehendaki.

18. Wanita yang melayani dengan baik suami yang pulang ke rumah di dalam keadaan letih akan mendapat pahala jihad.

19. Jika wanita melayani suami tanpa khianat akan mendapat pahala 12 tahun Shalat.

20. Aisyah ra berkata “Aku bertanya kepada Rasulullah, siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita? Jawab baginda, “Suaminya”. “Siapa pula berhak terhadap lelaki?” Jawab Rasulullah “Ibunya”.

21. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah SWT memasukkan dia ke dalam Surga terlebih dahulu daripada suaminya (10.000 tahun).

22. Wanita yang melihat suaminya dengan kasih sayang dan suami yang melihat istrinya dengan kasih sayang, akan dipandang Allah dengan penuh rahmat.

23. Jika wanita memijit suami tanpa disuruh akan mendapat pahala 7 tola emas, jika wanita memijit suami bila disuruh akan mendapatkan pahala 7 tola perak.

24. Wanita yang meninggal dunia dengan keridhoan suaminya akan memasuki Surga.

25. Jika suami mengajarkan istrinya satu masalah akan mendapat pahala 80 tahun ibadah.

26. Wanita yang menyebabkan suaminya keluar dan berjuang ke jalan Allah dan kemudian menjaga adab rumah tangganya akan masuk Surga 500 tahun lebih awal daripada suaminya, akan menjadi ketua 70.000 malaikat dan bidadari dan wanita itu akan dimandikan di dalam Surga dan menunggu suaminya dengan menunggang kuda yang dibuat daripada yakut.

27. Apabila seorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka berIstighfarlah para malaikat untuknya. Allah SWT mencatatkan baginya setiap hari dengan 1.000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1.000 kejahatan.

28. 2 rakaat shalat wanita yang hamil adalah lebih baik daripada 80 rakaat shalat wanita yang tidak hamil.

29. Wanita yang hamil akan mendapat pahala berpuasa pada siang hari.

30. Wanita yang hamil akan mendapat pahala berpuasa pada malam hari.

31. Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah SWT mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah SWT.

32. Wanita yang bersalin akan mendapat pahala 70 tahun shalat dan puasa dan setiap kesakitan pada satu uratnya Allah mangurniakan satu pahala haji.

33. Apabila seorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia daripada dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.

34. Sekiranya wanita mati dalam masa 40 hari selepas bersalin, dia akan dianggap sebagai mati syahid.

35. Apabila telah lahir anak lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu tegukan daripada susunya diberi satu kebajikan.

36. Jika wanita menyusui anaknya sampai cukup waktu (2 1/2 tahun), maka malaikat-malaikat di langit akan kabarkan berita bahwa Surga wajib baginya.

37. Jika wanita memberi susu badannya (ASI) kepada anaknya yang menangis, Allah akan memberi pahala satu tahun shalat dan puasa.

38. Wanita yang memberi minum susu kepada anaknya daripada badannya (ASI) akan dapat satu pahala dari pada tiap-tiap titik susu yang diberikannya.

39. Apabila semalaman (Ibu) tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah SWT memberinya pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah SWT.

40. Wanita yang tidak cukup tidur pada malam hari karena menjaga anak yang sakit akan diampunkan oleh Allah akan seluruh dosanya dan bila dia hiburkan hati anaknya Allah memberi 12 tahun pahala ibadah.

41. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku (Rasulullah SAW) di dalam Surga.