Kamis, 26 September 2013

Ukhuwah tak perlu diperjuankan

Apakah ukhuwah tak perlu diperjuangkan ?

GE XI JUE JIAO !!

Pribahasa Cina ini berarti “potong tikarnya jadi 2 bagian”!! Maknanya kurang lebih adalah, jika sebuah persahabatan tak lagi ada kesesuaian prinsip, maka putuskan saja. Bagaimana asal muasalnya? Lei Wei Ye menceritakan dalam The powerful wisdom from ancient stories
Pada zaman Dinasti Han Timur, demikianlah Lei berkisah, ada 2 pemuda terpelajar yang bernama Huan Xin dan Guan Ning. Mereka bersahabat akrab dan dekat.  Mereka sering membaca buku bersama, belajar bersama, membincangkan berbagai masalah negeri, bertukar fikiran berdua, dan kompak melakukan berbagai kegiatan yang lain.

Suatu hari setelah belajar bersama, Guan Ning dan Huan Xin pergi ke lapangan rumput. Sambil mencabuti rumput mereka berbincang dan bercanda dgn riang gembira. Kadang mereka berlarian dari sudut lapangan yg satu ke arah gerumbul yg lain. Satu saat terdengar suara berdenting keras. “Thuing!”

Ternyata  Guan Ning terjatuh. Kepalanya membentur tanah dan pengait gelungnya yg terbuat dari batu kumala mengenai suatu benda keras. Tetapi Guan Ning segera bangkit seolah tak terjadi apa2 Huan Xin penasaran. Dia ingin tahu apa yg menyebabkan bunyi berdenting begitu keras tadi. Dicukirinya tanah temat Guan Ning terjatuh dan Astaga..! Segelendung emas. Besar Sekali !

Ternyata pengait gelung  kumala Guan Ning tadi membentur bongkahan emas. “Bagaimana ini?” seru Hua Xin. Tai Guan Ning seolah tak mendengar pernyataan Hua Xin. Dia meneruskan mencabuti rumput.

“Wah,” pikir Hua Xin  “Guan Ning tak peduli dgn emas ini. Seharusnya aku juga tak peduli dan meneruskan mencabut rumput bersamanya.” Maka Hua Xin pun mengikuti Guan Ning meneruskan mencabut rumput. Tapi hatinya gelisah. Dia tak bisa membiarkan emas itu tergeletak tak berguna di rerumputan. Dia berfikir, andai emas itu dibawa pulang, tentu dia bisa membantu ekonomi keluarganya. Tapi mengambilnya dari sini sementara dia bukan pemiliknya, bukankah itu saama dengan mencuri?

Hua Xin  bimbang, dia tak kosentrasi. Berapa kali Guan Ning mengajaknya berbincang, tapi tak bersambung, “Hei!” seru Guan Ning “ ada apa dgnmu kawan?”

Hua Xin  terkejut. Dgn terbata-bata dia menjawab. “Emas… Emas? Bagaimana dgn emas itu?” Bagaimana dgn emas itu?” katanya

“Emas apa?” Guan Ning seakan tak peduli dan tak mau tahu. Dia terus mencabuti rumput. Mendengar itu Hua Xin  menjadi malu. Dia merasa sudah selayaknya bersikap sebagaimana sahabatnya.Maka dihampirinya bongkahan emas itu lalu dilemparnya jauh2 sambil berteriak, “aku tak ingin memikirkanmu lagi”!

Berapa hari kemudian, mereka berdua duduk diatas sehelai tikar sambil membaca. Di tengah keasyikan, terdengar suara gemuruh dan hiruk-pikuk. Hua Xin  terhenyak “Tidakkah kau dengar itu Guan Ning?” ujarnya. Guan Ning seakan tak mendengarkan. Dia terus membaca, sesekali diejanya kata2 dlm buku dgn agak keras. Hua Xin  terombang-ambing antara membacai kata2 dlm buku, memdengar kesemarakan yg makin ramai , dan melirik-lirik utk menebak adakah Guan Ning juga terdengar pada bebunyian dari jalanan itu

Tetapi akhirnya Hua Xin  tak kuat menahan penasaran. Dia tinggalkan bukunya dan berlari  kea rah asal suara. Tak lama kemudian dia sudah kembali dgn berlari sambil beseru2 hirang pada Guan Ning .” Guan Ning, Guan Ning! Di jalan raya ada pawai keajaan! Bagus sekali, megah, dan mewah! Para pangeran dan prajuritnya begitu gagah! Putri & dayang2nya cantik sekali! Ayo kita segera ke sana. Ini sungguh pawai yg langka!”

Guan Ning memerhatikan sahabatnya itu sambil tersenyum. Dan ternyata Hua Xin tak menunggu lama2. Dia segera berlari kembali kea rah jalan utama. Guan Ning menatapnya dgn masygul sambil mengeleng-gelengkan kepalanya.

Ringkasnya, setelah puas menonton pawai kerajaan, Hua Xin kembali lagi kepada sahabatnya yg dilihatnya masih terus membaca diatas tikar mereka. Tapi kini tikar itu telah terpotong menjadi 2 bagian. “Hei” seru Hua Xin, “siapa yg telah memotong tikar kita  ini?”
“aku yg memotongnya,” jawab Guan Ning. Ditatapnya Hua Xin dengan prihatin.
“ada apa memangnya?” Tanya Hua Xin. “Bukankah selama ini kita selalu menggunakannya utk belajar, bertukar fikiran, dan melakukan segala bersama?”

“Engkau benar,” jwb Guan Ning. Dia bangkit lalu berdiri membelakangi Hua Xin. “Selama ini aku menyangka kita ber2 memiliki cita2 dan impian yg sama. Sejauh ini aku mengira kita memunyai gambaran serupa tentang apa itu keluhuran budi dan kemuliaan jiwa. Selama ini aku menduga kita menyepakati jalan yg satu untuk mencapainya. Tapi ternyata aku salah!”

“Apa maksudmu, Guan Ning?”
“Kita berbeda, Hua Xin. Sementara aku bergumul dengan buku2 & ilmu, kau lebih tertarik pada kilau emas dan gemuruh kenikmatn duniawi. Mulai saat ini kita harus berpisah. Biarlah masing2 kita menempuh jalan sendiri. Seperti kata org bijak “ketika hujan turun, ayam berteduh di bawah pohon, sementara bebek menceburkan diri ke dasar kolam. Biarlah masing2 menemukan kebahagiannya sendiri!””

“Jadi..jadi?” Hua Xin sangat malu dan terpukul. Dia berlari meninggalkan sahabatnya itu sambil menagis. Guan Ning juga menitikkan air mata melihat kepergian sang kawan. Sejak saat itu, jika suatu persahabatan tak lagi bisa dilanjutkan karena berbeda prinsip, org Cina mengatakan, “ Ge xi jue jiao! potong tikarnya jadi 2 bagian !!”


Sungguh tiap mukmin bersaudara ( Q.S Al-Hujarat : 10 )
Aku tahu Ukhuwah tak perlu dierjuangkan 
Tak perlu karna ia hanyalah akibat dari Iman
Ya Ukhuwah dikarnakan akibat iman
Setelah kita membaca kisah tersebut apa yang kita rasakan ?? memang pada dasarnya setiap hubungan itu memiliki suka- duka, perbedaan, pertengkaran tapi itulah yang mebuat manis tetapi apakah kita ingin seperti Guan Ning & Hua Xin. Selama ini mereka menyangka mereka ber2 memiliki cita2 dan impian yg sama. Sejauh ini mereka mengira kita memunyai gambaran serupa tentang apa itu keluhuran budi, kemuliaan jiwa dan tujuan hidup. Selama ini mereka menduga mereka menyepakati jalan yg satu untuk mencapainya. Dan ternyata Mereka berbeda prinsip yg pada akhirnya mereka berpisah untuk selama-lamanya Tapi apakah kita ingin seperti itu ? Sungguh memang pada realita nya kita selalu di persulitkan dengan perbedaan, tak samanya prinsip, perdebatan, dan kadang saling membenci.. lalu apakah makna sebuah Kesetiaan ?? Apa makna sebuah cinta dalam persahabatan, apa makna sebuah teman seperjuangan ? jika diantara kita ketika mengalami perbedaan prinsip, perbedaan padangan saja langsung saling membenci ?? langsung saling membela diri, langsung membusungkan kegoan masing2, lebih penting memenangkan debat, membela diri daripada menjaga, agar hati seorang kawan tak tersakiti. dan tanpa memikirkan bagaimana Ketika mengalami perbedaan tetapi tetap satu ?????
Memang tiap mukmin bersaudara. Aku tahu Ukhuwah tak perlu diperjuangkan .Tak perlu karna ia hanyalah akibat dari Iman. Karena Ukhuwah berasaskan Cinta Suci sesama Karena Iman yg kuat Iman karena Allah yaa.. Iman yg kuat karena Allah bukan Iman yang compang-camping 

“Dan Allah yg mempersatukan hati para hamba beriman. Jikapun kau nafkahkan perbendaharaan bumi seluruhnya untuk mengikat hati mereka, takkan bisa kau himpunkan  hati mereka. Tetapi Allah yang telah menyatupadukan mereka” ( Q.S Al-Anfal : 63 )


Tidak ada komentar:

Posting Komentar